Rabu, 05 Desember 2018

MENGAPA MENULIS


Menulis dikenal sebagai salah satu aktivitas membagikan ide kepada khalayak melalui tulisan. Di Indonesia, menulis bukan merupakan aktivitas yang dibutuhkan. Bahkan ketika beberapa orang yang sering menulis ditanyai mengapa menulis, kebanyakan mereka akan menjawab sebab mereka suka atau hobi. Ada juga yang menjawab untuk mengisi kekosongan waktu. Nampaknya, menulis bagi kebanyakan orang memang diawali karena sekedar iseng.

Namun, ketika aktivitas menulis ini kemudian ditekuni, hasil tulisan menjadi semakin banyak, bahkan pembaca yang merupakan orang dekat mendukung karya mereka. Apakah benar alasan mengapa menulis ini hanya keisengan belaka? Mungkin sebagian dari kita akan berfikir tidak juga. Sehingga, Pertanyaan mengapa menulis ini sebaiknya difikirkan ulang jawabannya.
Bagi penulis pemula, menulis mungkin menarik ketika bentuknya adalah cerita-cerita imajinatif berupa cerpen atau komik. Sepertinya, muatan tulisan yang diperhatikan adalah dramatisasi kehidupan nyata yang sering mereka saksikan. Tidak sedikit juga siswa yang memulai menyukai menulis dalam bentuk puisi. Penulis pemula nampaknya senang dengan tulisan yang muatannya adalah keindahan dan luapan perasaan.

Namun, kesenangan mereka menulis tidak berkembang dengan cepat sebab dihalau oleh situasi saat ini dimana apa yang bisa ditonton lebih menarik daripada apa yang bisa dituliskan. Kebanyakan kita memilih untuk menjadi pasif dengan hanya menjadi penonton. Lalu, apa yang bisa menjawab pertanyaan mengapa menulis ini ?

Menulis bagi beberapa orang yang menyenanginya merupakan kegiatan yang lebih dari sekedar membagikan ide kepada pembaca. Menulis bagi mereka merupakan cara memandang realitas atau fakta atau fenomena di sekitar mereka dengan sudut pandang yang berbeda. Terkadang isi-isi tulisan mereka berisi pro kontra realitas, mereka mencoba menunjukkan ada sesuatu yang salah dalam realitas, sehingga tidak jarang muatan tulisannya mencoba membuang elemen yang dianggap tidak seharusnya ada dalam realitas atau memasukkan elemen baru yang dianggap harusnya ada dalam realitas.

Dibalik sudut pandang tersebut, bagi para penulis, karya mereka yang berupa tulisan tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung adalah cara mereka terlibat dalam menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik, yang lebih adil dan lebih bijaksana. Apakah menulis sehebat itu? Tentu saja. semua yang besar selalu diawali dengan yang kecil. Semua hal hebat diawali dari hal yang tampaknya sepele.

Maka dari itu, Para Penulis, apapun karyanya, sebaiknya mengisi tulisannya dengan muatan yang mengantarkan pembaca pada perubahan sikap kearah yang lebih baik, lebih adil dan lebih bijaksana. Kita mungkin tidak punya harta dan tahta, tapi kita punya pena, Al-Qalam, salah satu surah yang sangat indah dalam Al-Qur’an dengan fawatihussuwar “Nuun”.

Apakah para penonton dan pembaca ada yang ingin ikut andil dalam menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih baik, adil dan bijaksana? Maka, Ayo mulai menulis!

Senin, 05 November 2018

Pandangan Hidup


Petang ini sepulang kuliah, saya mencari beberapa catatan kuliah untuk kepentingan penyusunan makalah. Ditengah pencarian, saya menemukan beberapa draft tulisan sewaktu masih awal kuliah S1, 5 tahun yang lalu, yang biasa saya buat disela-sela menanti dosen, dan saya fikir, ini perlu dibagikan kepada pembaca. Ada banyak draft yang saya temukan, namun yang paling sesuai dengan suasana hati dan fikiran saat ini adalah tentang pandangan hidup. Semoga, pembaca yang sedang merasa galau karena sedang menghadapi banyak masalah bisa sedikit terhibur dengan uraian berikut ini.

Pandangan hidup merupakan acuan seseorang dalam menjalani hidupnya. Pandangan hidup itu penting, dengan adanya pandangan hidup, manusia memiliki acuan untuk membimbing kehidupannya baik jasmani maupun rohani.

Masing-masing pribadi memiliki acuan tersendiri dalam kehidupannya, terkadang pandangan hidup seseorang bias saja dianggap salah oleh orang lain. Fenomena ini biasa terjadi karena pandangan hidup yang bersifat individual itu pastilah subjektif. Hal ini tidak lepas dari sifat manusia sebagai makhluk individu yang memiliki pendapat sendiri. Seringkali, pandangan hidup seseorang berubah ketika menemukan hal baru yang menurutnya lebih baik daripada pandangan hidupnya yang dulu. Contohnya: seorang mahasiswa memilih akan melakukan apa saja asalkan dia mendapatkan nilai yang tinggi. Namun, setelah menemukan hal baru dan menganggap bahwa ini lebih baik daripada yang dulu bahwa kualitas itu lebih penting daripada nilai, dia kemudianbersungguh-sungguh belajar dan berusaha untuk selalu jujur, sehingga berapapun nilai yang didapatnya, dia senantiasa bersyukur karena inilah upayanya sendiri.

Sebagai manusia, saya memiliki pandangan hidup, bahwa jika di dunia ini tidak ada yang pasti, maka itu berarti semuanya mungkin, karena tidak ada yang tidak mungkin apabila Allah swt. berkehendak. Dengan acuan seperti ini saya merasa lebih optimis dalam menjalani kehidupan. Banyak hal-hal positif yang dating beriringan dengan perasaan optimis ini, diantaranya selalu berusaha melakukan yang terbaik dan yakin pada kebaikan Allah swt., karena sesungguhnya bagaimanapun indahnya rencana kita, jauh lebih indah rencana yang Allah swt buat untuk kita. Kita hanya perlu bersabar menunggu waktunya tiba.

Saat ditimpa musibah pun saya tetap memegang teguhhal tersebut meskipun tak jarang pikiran memberontak akibat apa yang saya harapkan berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada. Tapi saya percaya bahwa hidup itu punya masa yang membentuk siklus. Kadang kita dihadapkan pada keadaan yang sulit, dan ada masanya kita berada pada keadaan yang mudah. Sebagaimana dalam Al-Qur’an ditegaskan bahwa sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Dalam menentukan pandangan hidup sebaiknya kita tidak hanya berpatokan pada pendapat pribadi, sebaiknya hal ini berpatokan pada acuan yang kebenarannya sudah diterima secara umum, misalnya sebagai umat islam kita menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dan pandangan hidup.

Jadi, bisa kita simpulkan bahwa pandangan hidup memiliki peranan penting dalam kehidupan, pandangan hidup yang dipegang teguh merupakan pelindung seseorang, dengan ini kita tidak bertindak sesuka hati dan tidak gegabah dalam menentukan langkah dalam kehidupan.

Jumat, 20 Juli 2018

TUTOR SEBAYA


Belajar adalah proses yang sangat terkenal. Setiap orang punya definisi sendiri bagaimana memandang belajar. Ada yang beranggapan belajar itu menyenangkan, menantang serta bermanfaat. Namun, tidak sedikit orang yang memandang belajar sebagai kegiatan yang membosankan, melelahkan bahkan sia-sia.

Perbedaan pandangan terhadap belajar muncul akibat perbedaan masalah yang dihadapi. Salah satunya adalah ketika mempelajari materi di sekolah yang biasanya diajarkan oleh seorang guru dengan rentang usia yang cukup jauh. Begitu pula di kursus, instruktur yang mengajarkan materi terkadang tidak banyak membantu kita untuk memahami pelajaran.

Terdapat fenomena yang menarik, ketika mengamati anak-anak belajar dengan teman sebayanya, mereka tampak lebih antusias, bersemangat dan aktif bertanya dibanding ketika belajar dengan guru atau instrukturnya. Mengapa hal ini terjadi? Jawaban sederhananya adalah karena tidak ada rasa sungkan antara orang yang mengajar dan yang diajar. Mereka merasa nyaman bertanya dan menjelaskan. tidak ada rasa takut dihakimi bodoh atau pintar. Mengapa bisa terjadi?

Perlu kita ketahui bahwa fenomena inilah yang mendasari lahirnya salah satu teknik mengajar yang dinamakan tutor sebaya atau sering dikenal dengan Peer Teaching. tutor sebaya melibatkan dua pihak penting yaitu siswa dengan kemampuan yang lebih dan siswa dengan kemampuan yang kurang dalam satu materi pembelajaran yang sama. kedua pihak tersebut akan berperan sebagai guru dan murid. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa, kedua pihak tersebut mendapatkan manfaat pedagogis seperti lebih percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki, menjadi lebih santai saat belajar, rasa cemas berkurang, menjadi pebelajar yang aktif, interaktif dan partisipatif.

Metode ini sebenarnya sudah diajarkan sejak dahulu kala, ketika ajaran Islam disebarkan pun secara tidak langsung menggunakan metode ini. Di masa awal Islam, banyak yang bertanya, mengapa utusan dari Allah swt. ini adalah manusia yang berjalan di bumi? Mengapa tidak Allah sertakan malaikat bersamanya? Mengapa tidak Allah swt. berikan dia harta yang berlimpah sehingga dia tidak perlu berjalan di pasar? Dan masih banyak lagi pertanyaan mereka. Allah swt. di dalam Al-Qur’an tidak serta merta memberikan kita jawaban secara tersurat, namun menganjurkan kita untuk berfikir dengan kalimat-kalimat seperti  untuk apa Allah swt. mengutus malaikat ke bumi sementara penghuni bumi adalah manusia, untuk apa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa selain Arab sementara Rasul adalah orang Arab, serta masih banyak kalimat yang lain.

Hal ini membuat saya berfikir bahwa, tutor sebaya ini adalah salah satu metode yang Allah swt tunjukkan keberadaannya dengan mengutus para Nabi dan Rasul ditengah-tengah manusia. Allah swt. mengutus para manusia pilihan yang berkemampuan lebih untuk mengajarkan Islam kepada kita manusia yang berkemampuan lemah. para sahabat Rasulullah saw. Yang ikut berjuang bersama Rasul adalah sosok yang sangat merasakan pembelajaran aktif,interaktif dan partisipatif bersama Rasulullah saw. Rasulullah saw. Tidak menyebut mereka murid ataupun pengikut. Beliau menyebut mereka SAHABAT. Hal ini bukan tanpa alasan. SAHABAT adalah orang yang sangat dekat dengan kita. Tidak ada filter antara kita dengan mereka dalam pertemanan bahkan rasa persaudaraan. Begitulah Rasulullah saw. Memperlakukan mereka dalam mengajarkan Islam, sehingga para sahabat mengerti Islam dengan sangat baik.

Dari dua hal tersebut, tampak manfaat tutor sebaya dari segi pedagogis dan psikis. Hal ini sangat menarik untuk diterapkan oleh guru di sekolah ataupun instruktur di tempat kursus. Perlakukan siswa seperti sahabat, jangan membuat dinding pembatas yang tebal antara pengajar dan siswa. Karena, mereka butuh rasa aman dan nyaman saat belajar. Tetapi pengajar tetap harus mempertahankan perannya sebagai guru, digugu dan ditiru. Pengajar adalah teladan, sosok sempurna yang mampu mencontohkan apa yang diajarkan kepada siswa nya agar siswa tetap dibimbing sesuai dengan tujuan pendidikan kita.

Semoga tutor sebaya yang telah dicontohkan oleh para Rasul Allah swt., juga mampu kita terapkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan belajar kita di keluarga, sekolah dan masyarakat.

Minggu, 13 Mei 2018

SEKOLAH


Pendidikan adalah kegiatan yang identik dengan sekolah. Anak yang berusia 7 tahun akan sangat bahagia ketika hari pertama mereka masuk sekolah karena membayangkan hal yang selama ini diceritakan oleh Ibunya tentang kegiatan persekolahan. Duduk di kelas mendengarkan guru menceritakan hal yang baru, bermain bersama teman-teman saat jam istirahat, dan mengerjakan PR ketika kembali ke rumah.

Tapi sekolah tidak seindah itu. Sekolah tetap memiliki dua sisi yang saling berlawanan namun saling melengkapi. Di dalam sekolah memang ada permainan, persahabatan, petualangan, dan kegembiraan. Namun, di dalam sekolah juga ada perjuangan, persaingan, pembatasan, dan kesedihan. Sekolah bukan hanya tempat unjuk kepandaian, unjuk kekuatan, ataupun unjuk kegemaran. Tapi juga tempat untuk belajar berteman, berkenalan dengan alam, serta menghargai usaha pribadi. Meskipun hal-hal ini sangat subjektif, namun, saya percaya kita mengalaminya, sadar atau tidak.

Sebagian orang akan mengalami satu sisi, datang ke sekolah untuk sekedar menyelesaikan rutinitas, untuk satu tujuan, menyelesaikan pendidikan. Beberapa dari kita akan dengan susah payah menjejalkan ilmu-ilmu ke dalam kepala untuk dimuntahkan dihadapan penguji, dan sesaat kemudian, ilmu itu hilang, bagai menguap dari otak. Kita belajar untuk satu tujuan, lulus ujian. Kita mempersiapkan diri belajar semalaman untuk satu tujuan, lancar menjawab soal. Maka wajarlah jika sebagian masyarakat akan beranggapan, mata pelajaran sekolah itu gunanya apa? Apakah saat sedang naik motor kita harus mengukur berapa kecepatan seekor semut berjalan agar tidak tertabrak? Apakah saat membeli gula di warung kita harus menggunakan rumus logaritma? Ini bukan kesalahan mereka. Ini tentang sudut pandang.

Lalu sebagian orang yang lain akan mengalami sisi yang satunya. Mereka menikmati masa sekolah, belajar dan bersikap sesuai dengan hakikat sekolah. Mereka datang ke sekolah setiap pagi karena paham bahwa udara pagi baik untuk paru-paru dan kesehatan ototnya seperti yang telah dipelajari dalam mata pelajaran biologi. Mereka tidak senang datang terlambat karena paham pelanggaran akan membuat seseorang dikenakan sanksi seperti yang mereka pelajari pada mata pelajaran PKn. Mereka menghapal rumus-rumus fisika karena paham, rumus akan mempermudah mereka memecahkan setiap masalah.

Juga, mereka paham bahwa sekolah tidak sesederhana belajar untuk ujian. Namun, lebih nyata daripada itu. Membiasakan diri mengerjakan tugas, membuat kita terbiasa menggali potensi diri, mengasah kreativitas otak, dan melakukan inovasi untuk pemecahan masalah. Membiasakan diri mengumpulkan tugas tepat waktu, mengajarkan kita betapa pentingnya manajemen waktu, kesabaran dan ketekunan serta bekerja dibawah tekanan. Mengalami kegagalan saat mengikuti ujian mengajarkan kepada kita, seberapa rendahnya kemampuan kita jika tanpa Al ‘Alim, Sang Maha Berilmu.

Pada akhirnya, Matematika, Fisika, Geografi, Sejarah memang bukanlah hal yang menjadi tujuan kita bersekolah. Sekolah itu tempat melatih diri untuk menghadapi ujian yang sesungguhnya di dalam kehidupan setelah sekolah. Mereka yang telah mengalami kedua sisi dari sekolah ini akan merasa, sekolah sangat penting. Sekolah bukan sekedar bangunan yang ditempati untuk membaca, menulis dan berhitung, lebih dari itu, sekolah adalah keseluruhan kehidupan seorang manusia, sebagai insan pendidikan.
Maka sekali lagi, ini bukan tentang salah kaprah, ini tentang sudut pandang.

Jumat, 11 Mei 2018

Memulai Ulang


Sudah sangat lama semenjak terakhir kali saya menulis. Karena kesibukan? Tidak juga. Saya terlalu banyak menunda, dengan alasan, menulis bukan prioritas. Juga, saya terlalu menganggap diri sibuk, dengan alasan, ada teaching report  atau Lesson plan yang harus dilengkapi. Sering kali, saya terlalu banyak menghabiskan waktu untuk membaca time line media sosial, dengan alasan, saya butuh penyegaran otak dengan membaca beberapa lelucon atau humor receh.

Namun , saya menyadari bahwa dalam kurun waktu tersebut, saya menjadi tidak produktif. Tidak ada output. Tidak ada karya. Saya berusaha mengisi waktu dengan membaca buku, mendengar curhatan Ibu atau membantu adik mengerjakan PR untuk setidaknya mengurangi kekosongan waktu. Kosong. Kata itu yang menjadi awal kerisauan saya. I have nothing to do! Kata yang menurut saya sangat berbahaya untuk diucapkan. Jangan sampai mengakar ke otak! Ketiadaan kegiatan membuat saya gelisah. Saya yakin, anak muda seusia atau mungkin sepemikiran saya akan menggalau ketika pemikiran semacam ini muncul.

Lalu, suatu hari saya mencoba memperbaiki semuanya dengan mulai menjadwalkan kegiatan saya tiap harinya di ponsel menggunakan aplikasi To Do List, tapi terkadang saya lupa menjadwalkan kegiatan saya diesok hari karena pulang larut malam setelah mengajar. Lelah karena seharian mengajar menjadi salah satu alasan andalan saya untuk tidak menulis. Well, semua jadi semakin memburuk dengan terbengkalainya jadwal kegiatan, tidur jadi tidak teratur, bangun sering kesiangan, saya sudah sangat jarang menyaksikan pemandangan matahari terbit. Tidak ada tulisan, tidak ada bacaan kecuali time line, saya merasa rasa malas sudah menghantui.

Hingga saya mengikuti beberapa grup daring via whatssup. Salah satu yang sangat bermanfaat adalah SHSJ. Grup ini memaksa kita untuk menyetor laporan khatam 1 juz tiap harinya. Awalnya saya rajin mengkhatamkan bacaan 1 juz tiap harinya, di tengah-tengah saya mulai menumpuk bacaan lalu marathon di satu waktu, misalnya di hari libur. Tapi saya tidak ingin mengakhiri perjuangan saya untuk membaca Al-Qur’an. Setidaknya, ada yang mengurangi pemikiran I have nothing to do di dalam otak saya.

Kemudian, saya mencoba kembali menjadwalkan kegiatan keseharian saya dengan mengaplikasikan tontonan youtube yang menggunakan Bullet Journal. Dengan metode ini, kita dapat mengontrol beberapa hal seperti kegiatan, kebiasaan, pengeluaran dan pemasukan di setiap bulannya. Bahkan, dengan sedikit modifikasi, kita dapat membuat sendiri jurnal kegiatan kita di setiap harinya. Hal yang keren dari Journal ini adalah meskipun kita lupa menjadwalkan, kita tetap bisa mengisinya dengan metode diary. Sehingga, kita bisa mengontrol seproduktif apa kita di setiap harinya.

Sudah hampir 2 bulan saya menggunakan metode jurnal ini untuk mengontrol produktifitas saya, setidaknya ini adalah artikel pertama yang saya tulis semenjak menggunakan jurnal. Saya berharap, jurnal ini akan membantu saya menjadi produktif selama Ramadhan. Saya sudah membuat Ramadhan Goal yang saya harap bisa tercapai. Untuk teman-teman yang juga merasakan galau karena tidak produktif, silahkan kunjungi YouTube dan tonton video dengan judul Bullet Journal. Mudah-mudahan membantu.