Pernah mendengar
lirik lagu ini “hidupmu indah bila kau tahu jalan mana yang benar” ? penggalan
lirik itu mengandung makna yang kurang lebih sama dengan kalimat bijak Mario
Teguh “setialah kepada yang benar dan perhatikan apa yang terjadi!” dan masih banyak
lagi kata-kata bijak yang menyuruh kita untuk menjalani hidup dengan baik,
dengan kesyukuran dan yang paling penting dengan kebijaksanaan. Ada yang pernah
berfikir untuk apa kata-kata tersebut? Baru-baru ini saya berfikir hal itu dan
kemudian menyadari bahwa ternyata hidup ini penuh dengan paradoks-paradoks yang
banyak orang tidak mampu menyadarinya.
Sebagai contoh,
kehidupan sekarang ini di mana ilmu pengetahuan semakin maju dan teknologi
semakin canggih menunjukkan kreatifitas yang luar biasa dari manusia sebagai
penciptanya. Kreatifitas lantas mampu melahirkan budaya daur ulang, namun di
sisi lain akan melahirkan budaya instan yang akan membuat masyarakat memiliki
gaya hidup yang konsumtif, pragmatis dan hedonistik.
Contoh lain,
sistem informasi di kampus-kampus atau sistem absensi komputer di kantor-kantor
yang terlihat mengajarkan kita kedisiplinan, namun di sisi lain mengajarkan
kita untuk hidup seperti mesin yang tidak berperasaan.
Contoh lain
lagi, konsepsi bahwa cinta itu tidak akan menyakiti, dapat dengan mudah
terpatahkan oleh mereka yang pernah sakit hati dengan konsepsi bahwa justru
orang yang pertama kali mengajarkan cinta adalah yang pertama kali mengajarkan
sakit hati.
Jadi, apa ini? Nampaknya
kebenaran tidak dapat kita temui di dalam hidup ini. Kebenaran nampaknya
menjadi hal yang langka. Mungkin ini pula yang mendasari kaum sufisme
merelatifkan kebenaran di masa lalu.
Namun hal yang
perlu kita sadari bahwa kehidupan yang penuh paradoksa ini menuntut kita
berfikir dan berlaku bijaksana. Kadang ada hal yang tidak mampu dijelaskan
secara rasional kebenarannya. Perlu kita pahami bahwa hidup ini bersifat
sementara dan kebenarannya pun juga bersifat sementara. Tugas kita adalah
menjalani hidup ini dengan mempelajari kebenaran sementara itu agar menguatkan
keyakinan kita kepada kebenaran yang hakiki yang diciptakan oleh sang Kebenaran
Tertinggi.
inspired by isbd, iad, and filsafat lectures
Tidak ada komentar:
Posting Komentar