Senin, 06 Januari 2014

Paradoksa kah?



Pernah mendengar lirik lagu ini “hidupmu indah bila kau tahu jalan mana yang benar” ? penggalan lirik itu mengandung makna yang kurang lebih sama dengan kalimat bijak Mario Teguh “setialah kepada yang benar dan perhatikan apa yang terjadi!” dan masih banyak lagi kata-kata bijak yang menyuruh kita untuk menjalani hidup dengan baik, dengan kesyukuran dan yang paling penting dengan kebijaksanaan. Ada yang pernah berfikir untuk apa kata-kata tersebut? Baru-baru ini saya berfikir hal itu dan kemudian menyadari bahwa ternyata hidup ini penuh dengan paradoks-paradoks yang banyak orang tidak mampu menyadarinya.

Sebagai contoh, kehidupan sekarang ini di mana ilmu pengetahuan semakin maju dan teknologi semakin canggih menunjukkan kreatifitas yang luar biasa dari manusia sebagai penciptanya. Kreatifitas lantas mampu melahirkan budaya daur ulang, namun di sisi lain akan melahirkan budaya instan yang akan membuat masyarakat memiliki gaya hidup yang konsumtif, pragmatis dan hedonistik.

Contoh lain, sistem informasi di kampus-kampus atau sistem absensi komputer di kantor-kantor yang terlihat mengajarkan kita kedisiplinan, namun di sisi lain mengajarkan kita untuk hidup seperti mesin yang tidak berperasaan.

Contoh lain lagi, konsepsi bahwa cinta itu tidak akan menyakiti, dapat dengan mudah terpatahkan oleh mereka yang pernah sakit hati dengan konsepsi bahwa justru orang yang pertama kali mengajarkan cinta adalah yang pertama kali mengajarkan sakit hati.

Jadi, apa ini? Nampaknya kebenaran tidak dapat kita temui di dalam hidup ini. Kebenaran nampaknya menjadi hal yang langka. Mungkin ini pula yang mendasari kaum sufisme merelatifkan kebenaran di masa lalu.

Namun hal yang perlu kita sadari bahwa kehidupan yang penuh paradoksa ini menuntut kita berfikir dan berlaku bijaksana. Kadang ada hal yang tidak mampu dijelaskan secara rasional kebenarannya. Perlu kita pahami bahwa hidup ini bersifat sementara dan kebenarannya pun juga bersifat sementara. Tugas kita adalah menjalani hidup ini dengan mempelajari kebenaran sementara itu agar menguatkan keyakinan kita kepada kebenaran yang hakiki yang diciptakan oleh sang Kebenaran Tertinggi.

inspired by isbd, iad, and filsafat lectures

Tidak ada komentar:

Posting Komentar